A Man Called Ahok

Hampir gak ada tuh persoalan politik Jakarta, jerat hukum, dan hubungan asmara seperti perkiraan banyak masyarakat. 'A Man Called Ahok' juga bukan sekadar tentang Ahok, tapi ayahnya yg berperan lebih besar dari yg dibayangkan, dan pentingnya arti keluarga itu.


Awal film dibuka dengan narasi Ahok yg membacakan surat untuk para pendukungnya yg berdemonstrasi kala dia diputuskan di penjara. Sebentar saja lalu film berkilas balik pada latar 1972, saat Ahok kecil berusia 6 tahun di Belitung Timur.

Dibanding dua adiknya, Fifi dan Harry, Ahok, kerap memerhatikan gerak-gerik ayahnya Kim Nam. Dari mulai sifat dermawannya pada orang lain, hingga sikap tegasnya pada orang yg ingin mendapatkan keuntungan dari usaha tambanh yg dijalanin.

Di meja makan, Kim Nam juga kerap menyelipkan banyak petuah-petuah yg bakal menjadi pegangan Ahok di kemudian hari. Di antara selipan pembangunan karakter itu, pada suatu waktu lahir Frans, adik bungsu Ahok yg bisa jadi tak banyak publik ketahui. Frans meninggal dunia di usia remaja karena kecelakaan dan menjadi titik balik buat keluarga Ahok.

Dan seiring berjalan waktu, Ahok dewasa seperti mengadopsi sifat dermawan dan keras Kim Nam saat tua. Persoalan makin kompleks, ketika kondisi kesehatan Kim Nam memburuk. Ahok dihadapkan pada persoalan meneruskan usaha di Belitung atau tetap mencari kerja di Jakarta usai menamatkan studi perguruan tinggi.

Dan setelah balik ke Belitung Timur, Ahok kerap terbentur dengan pejabat yg korupsi, Ahok kemudian memutuskan maju ke ranah politik dengan mencalonkan diri menjadi anggota DPRD Belitung Timur (2004-2009), dan kemudian Bupati Belitung Timur (2005-2010). Di balik kiprah bisnis dan politiknya, ada keluarga, dan saudara-saudara yg berada di sampingnya, siap sebagai pendukung utama Ahok.