Salahkah Aku

Salahkah aku jika mencintaimu? Seketika pertanyaan ini menghempas hatiku, lalu jatuh tepat di bayang-bayangmu. Aku sendiri tidak tahu, siapa yang harusnya dipersalahkan atas rasa ini.

Adakah aku? Aku yang terlalu lancang telah mencintaimu. Nyatanya aku bukan lah siapa-siapa dan aku tak berarti apa-apa bagimu. Ataukah kamu? Tatapan matamu yang meneduhkan, senyumanmu yang menawan, dan kamu yang begitu mempesona, kamu yang terlihat sempurna bahkan dengan ketidaksempurnaanmu itu sehingga membuatku mencintaimu? Atau mungkinkah waktu? Waktu yang mempertemukan kita sehingga membuat rasa ini muncul. –mungkin- andai kita tak pernah bertemu, aku tak akan pernah mencintaimu.

 

Ah tidak. Tidak ada yang bisa dipersalahkan atas rasa ini. Aku, kamu atau waktu sekalipun tak ada yang bersalah. Dan aku memutuskan untuk menyimpan rasa ini. Menguncinya rapat-rapat di laci terbawah. Aku tak ingin ada yang mengetahuinya, termasuk kamu. Biarkan waktu yang akan membuka laci itu perlahan, dan wambraw akan menyampaikan semuanya padamu. Suatu saat nanti.