Kamis, 02 Agustus 2012

Ganja Penyelamat Hutan Dunia

Anggapan sebagian besar warga di negara kita Indonesia bahwa ganja (Cannabis Sativa) atau marijuana yang selama ini kita ketahui lebih banyak mudarat dari pada manfaat sebetulnya hanya anggapan yang tidak berdasar. Kita termakan dengan penjelasan dan informasi yang tidak jujur soal ganja. Andai saja kita coba untuk terlebih dahulu memahami sebelum langsung mebenci tanpa tau dasar dan fakta yang benar soal ganja. Selama ini informasi tentang ganja yang kita dengar hanya menyoal tentang manfaatnya yang disalah gunakan orang dengan menghisap linting daun kering dari ganja. Padahal ada banyak sekali manfaat yang terkandung pada tumbuhan ini, mulai dari akar, dahan, batang, biji dan daun dari tumbuhan ini mempunya nilai manfaat sangat besar yang dalam sejarahnya telah lebih dari 12000 tahun telah menyuburkan peradaban manusia. Sayangnya anugerah yang diberikan tuhan pada tumbuhan yang punya beribu manfaat ini malah dinafikan oleh segelintir orang dengan memasukan ganja menjadi golongan 'narkotika', terlebih lagi melebelkan ganja sebagai 'barang haram'. Dengan ini hendaknya mulai saat ini kita bersama-sama membuka wawasan dan belajar lagi soal tanaman ajaib ini agar kita tidak membenci bahkan menghujat tanpa tau alasan dan dasar yang jelas.


Yang membuat saya tertarik untuk mepelajari tetang tanaman Ganja (Cannabis Sativa) yang sering saya sebut dengan istilah tanaman 79, ketika saya membaca buku HIKAYAT POHON GANJA. Di buku tersebut menjaelaskan bahwa 79 merupakan salah 1 tumbuhan yang memiliki banyak manfaat seperti sandang, pangan, papan, obat – obatan, dan energy murah dan masal.Namun di sini saya akan memberikan penjelasan salah satu dari manfat Ganja (79), yag selama ini di sebut tanaman "JAHAT".

Dalam arkeologi, penemuan benda peningalan yang paling tua umurnya dan masih utuh adalah selembar kertas berbahan dasar serat 79 yg di temukan di Cina. Umurnya diperkirakan lebih dari 2.000 thn. Sampai pada awal abad ke -19, serat 79 dijadikan dasar material pembuatan kertas. Pada masa lampau, kain bekas dari serat 79 menjadi bahan baku utama pembuatan kertas.

Mahalnya harga serat79 untuk industry tekstil membuatnya tidak ekonomis sebagai bahan baku langsung produksi kertas. Karena masih rendahnya permintaan kertas pada masaa itu, kain-kain bekas (rag) dari searat 79 di daur ulang menjadi bahan baku utama produksi kertas. Penemuan  mesin cetak modern menyebabkan permintaan kertas meningkat dengan cepat. Pada masa mesin cetak Guttenberg, kitab injil pertama masih di cetak dengan kertas dari serat 79. Tahun 1937 saat perusahan DuPont mematenkan proses membuat bubur kertas dari kayu dan sulfida, bersamaan dengan itu muncul pula larangan menanam 79 di Amerika. Pada masa itu, proses pembuatan plastik dan serat sintesis dari minyak bumi dan batu bara juga di patenkan.

Penjualan produk-produk kimia industri ini kemudian menjadi tulang punggung utama keuntungan bagi DuPont. Jack herer dalam bukunyaThe Emperor Wears No Clothes menyebutkan bahwa 60 thn setelah masa itu, produk-produk kimia ini menyusun 80% dari total penjualan DuPont. Kertas berbahan dasaar bubur kayu sudah mulai di produksi sejak teknologi mesin dan proses kimianya berkembang di Jerman pada pertengahan thn 1800. Namun, lonjakan produksi baru terjadi pada saat DuPont mematenkan proses pulping menggunakan kimia.


Sebanyak 95% kertas di dunia saat ini di buat dari bubur kayu yang berasal dari pohon-pohon berumur puluhan tahun. Menurut data Environmental Paper Network, setengah dari seluruh hutan tua di dunia sudah habis di tebang, dan 80% hutan yang masih bertahan, berada dalam kondisi buruk. Data ini semakin mengerikan karena 40% pasar penjualan kayu dunia adalah Industri kertas. Permintaan kertas yang terus meningkat membuat penebangan liar di seluruh dunia terus berjalan.

Bagaimana dengan Negara kita tercinta ini (Indonesia)….?????? Asia Pulp & Paper (AAP) adalah industri pulp kertas terbesar di dunia yang juga beroperasi di Indonesia. Menurut data Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi), APP bertangung jawab terhadap sebagian besar kerusakan dan pengundulan hutan di Indonesia. Beberapa sumber bahkan menyebutkan bahwa perusahan ini adalah salah satu perusak hutan terbesar di dunia. Data Walhi juga menyatakan, bahwa dari 95 juta hektare hutan yang tersisa di Indonesia , hanya 17 juta hektare yang berada dalam kondisi baik. Dari hutan yang dalam kondisi baik ini, 5 juta hektare di antaranya telah di siapkan untuk lahan perkebunan sawit.

Sebuah studi gabungan dari Indonesia-UK Tropical Forest Management Programme, menemukan selisih sekitar 73% konsumsi actual kayu dengan konsumsi resmi. Ini menunjukan bahwa 73% aktivitas penebangan kayu di Indonesia adalah illegal. Industri bubur kertas menghasilkan polusi ketiga terbesar di dunia. Setiap tahun, sekitar 220 juta pound polusi beracun di buang ke air dan udara oleh industry bubur kertas.

Akibat pengundulan hutan, di perkirakan 120 miliar ton CO2 di buang ke udara. Klorin yang merupakan dioksin karsinogen juga menjadi limbah yang di hasilkan pabrik-pabrik kertas di seluruh dunia. Sekitar 3 juta ton klorin di buang ke air oleh pabrik kertas setiap tahun. Akibatnya setiap wanita di daerah seperti Amerika Utara, memiliki jejak kandungan dioksin dalam air susunya. Dioksin adalah salah satu zat paling beracun yang menyebabkan kanker, gagal ginjal, keguguran, cacat lahir, dan kekurangan genetis.

Menurut hasil penelitian United States Department of Agriculture (USDA) thn 1916, satu hectare lahan yang di Tanami 79 menghasilkan serat untuk bubur kertas setara dengan 4 hektare lahan yang di Tanami pohon. Kayu dari pohon baru dapat di panen dalam waktu puluhan tahun. Serat 79 dapat menyuplai 2 sampai 4 kali lebih banyak jumlah bubur kertas karena dapat di panen dalam waktu 90-120 hari.

Kertas dari bahan serat 79 dapat di daur ulang 7 hngga 8 kali, sementara kertas dari bahan serat kayu hanya dapat di daur ulang 2-3 kali. Kertas dari bahan serat kayu juga lebih cepat mengguning karena tingginya kandungan lignin. Kandungan lignin pada serat 79, 4-10% sementara pada kayu di atas 18-30%. Dalam proses pembuatan bubur kertas, untuk memecah ligin yang berfungsi sebagai “lem perekat” serat kayu ini di butuhkan kimia asam sulfur atau sulfida. Sementara serat 79 dengan kandungan ligin yg rendah hanya membutuhkan 1/7 atau ¼ bahan kimia yang di pakai untuk memecah ligin pada kayu. Ligin pada serat 79 juga dapat di pecah dengan menggunakan abu soda.

Klorin dan pemutih yang di pakai untuk member warna putih pada kertas berbahan bubur kayu dapat meracuni air. Sedangkan kertas dari bahan sera79 hanya membutuhkan hydrogen peroksida sebagai pemutih yg tidak meracuni air. Karena proses bleaching (pemutih) untuk kertas dari serat 79 tidak membutuhkan klorin dan tidak menghasilkan pencemaran dioksin seperti saat ini di hasilkan oleh industri bubur kertas di seluruh dunia……..  

Dari uraian di atas, kita pasti sudah tau bagaimana caranya untuk keluar dari lubang kehancuran yang berhamburan di negara ini. Untuk itu, mari kita bersatu dalam damai supaya negara kita tercinta ini bisa bangkit. Dengan cara "Melegalkan ganja dalam sektor Pertanian, Penggobatan, dan Industri". Demi menunjang kesejatrahan Rakyat dan Martabat bangsa ini. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar